Alat Musik Tradisional Bali – Bicara tentang pulau Bali, Siapa yang tidak tahu dengan provinsi yang satu ini. Provinsi yang terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok ini memiliki jumlah penduduk sekitar 4 juta jiwa dengan mayoritas penduduk yang menganut agama Hindu. Ibu kota Bali adalah Denpasar, Bali juga disebut dengan sebutan Pulau Dewata atau Pulau Seribu Pura. Di dunia, Bali sudah dikenal khususnya bagi para wisatawan Jepang dan Australia, Karena bagi mereka Bali merupakan tempat tujuan pariwisata yang memang terkenal akan keindahan pantainya. Namun tidak hanya itu, Bali juga terkenal memiliki keberagaman seni dan budaya. Banyak sekali tari-tarian Bali yang terkenal sampai ke mancanegara.
Namun khusus di artikel
saya untuk kali ini kita akan membahas alat musik tradisional Bali yang
merupakan salah satu faktor yang berperan penting pada seni budaya dan tarian
di Bali. Pada umumnya alat musik tradisional Bali tidak jauh beda dengan
provinsi yang lain. Berikut adalah beberapa jenis alat-alat musik tradisional
Bali.
Inilah Alat Musik
Tradisional Bali
Ada beberapa jenis alat
musik tradisional di Bali yang terkenal dan terus dilestarikan khususnya oleh
masyarakat di Bali. Memang masyarakat di Bali juga terkenal aktif dalam
melestarikan peninggalan leluhur mereka, sehingga bisa terus ada dan dikenal
sampai sekarang. Termasuk diantaranya adalah alat musik
tradisional, yaitu :
1.
Gamelan Bali
2.
Rindik
3.
Ceng-ceng
4.
Pereret Pengasih-asih
Mungkin untuk alat musik
yang bernama Rindik, Ceng-ceng, dan Pereret Pengasih-asih masih agak kedengaran
asing di telinga kita, meskipun sebenarnya jika anda pernah ke Bali dan
menyaksikan pagelaran seni di sana, saya yakin anda sudah pernah melihat
alat-alat musik yang disebut di atas, hanya saja mungkin anda tidak begitu
kenal namanya. Nah, supaya tidak bingung, saya akan jelaskan satu persatu di
bawah.
Penjelasan Tentang Alat
Musik Tradisional Bali
1. Gamelan Bali
Dalam acara adat dan ritual
keagamaan di Bali, Gamelan sangat sering digunakan. Gamelan merupakan beberapa
kumpulan alat music yang terdiri dari gong, gambang, gendang, kempul dan
bonang, termasuk juga di dalam nya Gamelan Bali. Gamelan secara umum juga
terdapat di Jawa, Madura dan Nusa Tenggara, dari nama dan jenis alat music nya
tidak ada yang beda. Hanya saja dari masing-masing daerah mempunyai ciri khas
tersendiri ketika memainkan Gamelan. Sebenarnya di Bali sendiri ada 25 jenis
Gamelan yang berkembang di pedesaan-pedesaan, 10 diantara nya terbuat dari
bambu dan sisanya terbuat dari logam.
2. Rindik
Alat musik tradisional Bali
yang satu ini biasanya digunakan pada acara-acara seperti upacara adat
perkawinan dan biasanya alat musik ini disandingkan dengan tarian jogged
bumbung. Joged bumbung dimainkan oleh penari wanita, yang kemudian mencari pria
dari salah satu penonton yang kemudian akan di ajak menari bersama. Alat musik
tradisional yang terbuat dari bambu ini, biasanya juga dimainkan di hotel-hotel
Bali untuk menyambut atau menghibur para tamu.
3. Ceng-ceng
Di atas tadi kita sudah
membahas tentang alat music Gamelan Bali. Nah, salah satu instrument yang
membuat Gamelan Bali ini berbeda dari Gamelan yang lain adalah adanya
Ceng-ceng. Alat musik yang sejenis simbal ini merupakan bagian penting dari
seperangkat gamelan Bali, karena alat ini akan menimbulkan efek suara yang
dinamis pada saat di mainkan dengan gamelan.
Alat musik tradisional Bali
yang sering juga disebut dengan ceng-ceng ricik ini terdiri dari enam buah
logam bundar yang berada di bawah dan dua logam bundar di bagian atas.
Ceng-ceng dimainkan dengan cara memukulkan bagian tembaga bundar yang atas
dengan bagian bundar yang bawah yang diarahkan ke atas. Alat musik yang
bentuknya menyerupai kura-kura ini, membuat orang berpendapat kalau bentuk alat
musik tradisional Bali ini mengambil gambaran dari tokoh Legenda Bali yaitu
Kura-Kura mistis. Menurut kebudayaan Bali, kura-kura mistis memiliki nilai yang
magis yaitu dapat menyeimbangkan dunia di atas punggungnya.
4. Pereret Pengasih-asih
Pereret termasuk salah satu
alat musik tradisional Bali jenis terompet yang terbuat dari kayu yang di ukir
sedemikian rupa sehingga menjadi seperti terompet. Sedangkan Pengasih-asih
adalah guna-guna (pelet). Alat musik yang dimainkan dengan cara ditiup ini
berasal dari Jembrana Bali. Alat musik ini biasanya digunakan untuk mengiringi
kesenian Sewo Gati yaitu kesenian yang mirip dengan kesenian Arja.
Biasanya alat ini sering
dipakai oleh perjaka untuk mengguna-gunai seorang gadis yang dicintai nya, lalu
memainkannya pada malam hari diatas pohon yang tinggi, sehingga suaranya bisa
didengar sayup-sayup merdu dari jarak kurang lebih satu kilometer. Sebelum
dipakai, alat tersebut terlebih dahulu diisi dengan kekuatan gaib oleh Jero
Balian (Dukun) dengan cara memberi sesajen sakral yang dipersembahkan kepada
Sanghyang Pasupati.
Musik Genggong merupakan
musik instrumental tradisional Bali yang sangat langka, seperti yang dikutip
dalam artikel Genggong (Bali), genggong merupakan salah satu
instrumen getar yang unik yang semakin jarang dikenal orang. Keunikannya
terletak pada suara yang ditimbulkannya yang bila dirasakan memberi kesan mirip
seperti suara katak sawah yang riang gembira bersahut-sahutan di malam hari.
Keunikannya yang lain adalah memanfaatkan rongga mulut orang yang
membunyikannya sebagai resonator.
Memang alat ini dibunyikan
dengan cara mengulum (yanggem) pada bagian yang disebut “palayah”nya. Jari tangan kiri
memegang ujung alat sebelah kiri dan tangan kanan menggenggam tangkai bambu
kecil yang dihubungkan dengan tali benang dengan ujung alat di sebelah kanan.
Untuk membunyikannya maka benang itu ditarik-tarik ke samping kanan agak
menyudut ke depan, tetapi tidak meniupnya. Rongga mulut hanya sebagai
resonator, dibesarkan atau dikecilkan sesuai dengan rendah atau tinggi nada
yang diinginkan.
Satu ensembel minimal
terdiri dari dua buah instrumen yang satu dalam ukuran yang lebih besar dari
yang lainnya. Atau kadang-kadang terdiri dari empat buah alat atau lebih dengan
maksud agar bisa membuat variasi atau cecandetan. Alat bunyi-bunyian ini
semata-mata dipakai sebagai hiburan, misalnya dalam acara perkawinan. Seniman
pengrajin pembuat genggong yang masih aktif banyak didapatkan di Desa Batuan,
Kabupaten Gianyar, misalnya pada seorang yang bernama I Made Meji. Ada kalanya
dibuat sebagai barang “souvenir” yang dijajakan buat para wisatawan.
Bahan untuk membuat
genggong adalah pelepah pohon enau yang di Bali disebut “pugoug”. Dipilih yang cukup tua
dan kering, lebih diutamakan yang mengering di batangnya sendiri. Dipilih kulit
luarnya, dibuat irisan penampang segi empat panjang dengan ukuran lebih kurang
dua cm lebar dan dua puluh cm panjangnya. Bagian dalam yang lunak dibersihkan
hingga tinggal luarnya yang keras setebal kira-kira seperempat cm. Palayah atau
bagian instrumen yang bergetar terletak di tengah-tengah irisan yang kedua
ujungnya berjarak dua cm dari batas ujung penampang irisan. Lebar palayah
setengah cm. Palayah terdiri dari badan palayah dan ujung palayah yang berada
atau mengarah ke bagian kiri irisan. Ujung palayah ini diusahakan setipis
mungkin dengan lebar kira-kira sepuluh mm. Demikian pula bagian badan palayah
dibuat tipis, kira-kira 2 cm di bagian atasnya dibuat tetap tebal, yaitu
setebal irisan keseluruhan penampang irisan. Selanjutnya pada ujung kanan
irisan penampang dibuat lobang tempat tali benang, yang kira-kira panjangnya 5
cm.
Benang itu diikatkan pula
pada setangkai bambu bundar yang kecil, sepanjang sepuluh cm. Waktu membunyikan
genggong tangan kanan memegang tangkai tersebut secara vertikal untuk menarik
benang hingga palayahnya tergetar.
Musik Genggong disebutkan
dalam babad bali, gamelan genggongini merupakan
kesenian yang langka dengan instrumen utamanya genggong yang terbuat dari
pelepah enau. Desa yang telah memiliki tradisi Genggong yang kuat adalah Batuan
(Gianyar). Di sini Genggong dimainkan sebagai pengiring tari, yaitu tari Kodok
dan sebagai sajian musik instrumental.
Gamelan Angklung, Seni Tradisional Bali
Pernahkah anda mendengar
alat musik gamelan angklung? Sepintas ini seperti penggabungan dari 2 alat
tradisional khas jawa tengah dan jawa barat. Memang seperti itulah gamelan
angklung, gamelan dan angklung dipadukan dalam satu bentuk kesenian. Alat musik
tradisional ini merupakan jenis kesenian tertua pada abad kesepuluh yang
berasal dari bali.
Seni Musik Gamelan Angklung
Di kabupaten Gianyar, salah
satu sentral ukiran di Bali, terdapat Desa Sidan yang secara khusus terus
melestarikan budaya angklung gamelan. Angklung gamelan sendiri bagi masyarakat
Bali adalah sebagai alat musik yang sering mengiringi upacara Pitra Yadnya,
yaitu upacara pembakaran mayat yang dikenal dengan istilah “ngaben”.
Begitu pula dengan warga
tionghoa yang tinggal di sekitar kota Denpasar. Mereka turut menggunakan alat
musik yang dimainkan secara kelompok ini dalam prosesi pemakaman mayat keluarga
dan handai taulan.
Bila di Bali selatan lebih
mengenal gamelan angklung atau angklung kelentungan 4 nada sebagai iringan
upacara kematian dengan nada yang sedih dan menyayat hati, di Bali utara
gamelan angklung dikenal sebagai seni hiburan rakyat yang disebut angklung kebyar.
Musik Gamelan Angklung
Gamelan angklung yang
memiliki 5 nada biasa dimainkan berkelompok. Kelompok yang memainkannya bernama barung. Satu barung terdiri dari
sebelas sampai dua puluh lima orang yang semuanya adalah seniman. Begitu banyak
orang yang memainkannya dan begitu banyak pula alat musik yang harus
dibunyikan, seperti jegogan, jublag, angklung bambu kocok, gong pada angklung
kebyar dan kempur pada angklung kelentungan, reyong, kendang, kantilan,
tawa-tawa dan pemada.
Musik yang dihasilkan dari
gamelan angklung tradisional bernada melankolis. Wajar saja karena angklung ini
digunakan untuk mengiring upacara pemakaman mayat yang dibawakan tanpa tarian
khas dari pulau Dewata. Untuk angklung kebyar, barungan madya mengiringi
pertunjukan drama atau sendratari dengan menggunakan gong kebyar. Gong kebyar
berisi nada lelegongan, khasnya seni tari Ramayana. Gong kebyar biasa ditampilkan untuk
ritual atau upacara di pura.
Alat musik atau instrumen
dalam gamelan angklung mengenal berbagai macam seni tabuh. Di antara seni tabuh
yang sering dimainkan oleh para pemusik adalah tabuhan gong kebyar, dongkang
menek biu, asep menyan, jaran sirig, pipis samas, glagah katunuan, sekar jepun,
capung manjus, gowak maling taluh, capung ngumbang, kupu-kupu tarum, meong
megarong, berong, cecek magelut dan sekar ulat.
Kombinasi bunyi yang
tercipta dari gamelan angklung berasal dari 3 gong besar dengan 1 yang paling
kecil bernama kempul, 2 jegogan yang menghasilkan suara bass, reyong berbentuk
kayu panjang dengan 8 pot logam yang diikat dan dimainkan oleh 4 orang, pemada
yang memberikan melodi utama, dan kantilan yang satu oktaf lebih tinggi dari
pemada. Susunan instrumen gamelan angklung tergantung pada suasana atau ritual
yang akan di hadirkan.
Seni Tradisional Bali
Bali memiliki kekayaan
budaya yang tiada terkira. Dengan kondisi geografis yang sangat rupawan, tidak
salah jika Bali disebut sebagai pulau Dewata. Banyak hal menarik yang bisa kita
lihat di Bali, salah satunya adalah pertunjukan seni gamelan angklung. Tetapi
apakah seni tradisional bali hanyalah sebatas gamelan angklung saja? Masih
banyak seni tradisional lainnya selain dari seni gamelan angklung ini. Berikut
seni tradisional khas bali.
1. Tari Topeng
Tarian topeng adalah
pertunjukan topeng sacral yang didasarkan pada legenda-legenda silsilah
kehidupan; dengan wayang kulit, salah satu media tradisional kebudayaan.
Serangkaian topeng model yang merupakan figur-figur keluarga kerajaan diatur
apik dalam rangkaian tari-tarian dan diiringi oleh orkes gamelan.
2. Tarian Sakral
Tarian sakral ini
berhubungan langsung dengan upacaran keagamaan dimana aktivitas ini berfungsi
sebagai persembahan, doa, atau upacara mengusir roh jahat. Dengan keterlibatan
pemangku (pendeta dan penjaga pura desa), upacara ini merupakan sebuah bentuk
hubungan dramatis dengan dunia spiritual serta melakukan komunikasi dengan
tujuan untuk mensukseskan kegiatan upacara tersebut.
3. Legong Keraton
Dalam legenda, legong
adalah tarian ilahi dari para dewa-dewa suci. Dari semua tarian klasik Bali,
legong tetap merupakan inti dari keindahan dan keanggunan. Gadis-gadis tertentu
dipilih untuk mewakili masyarakat sebagai penari legong. Penari-penari pakar
melakukan tarian ini dengan rasa bangga dan mereka meluangkan waktu berjam-jam
membahas tema dari berbagai kelompok legong. Legong yang paling terkenal adalah
legong keraton, legong dari keluarga kerajaan.
4. Calonarang
Saat yang menyeramkan pada
malam pertama bulan purnama pada waktu bayangan gelap terlihat seperti hantu
diatas tanah, pada saat penghuni desa berkumpul pura palem untuk menonton drama
calon arang, kisah seorang janda jahat bernama dirah. Setiap bali mengenal
cerita legenda calonarang.
5. Barong dan rangda
Barong adalah pelindung
gaib dari desa-desa Bali. Sebagai penguasa hutan dengan topeng bergigi runcing
dan berambut panjang, barong adalah lawan dari rangda sang penyihir, penguasa
roh kegelapan, dalam pertarungan yg tidak pernah berakhir antara baik dan
jahat. Dalam festival-festival galungan kuningan, barong (terdapat banyak jenis
barong, termasuk barongket, barong macan, dan barong bangkal) mengembara dari
pintu (nglwang) membersihkan daerah dari pengaruh jahat.
6. Janger
Suling dimainkan dengan
nada yang memilukan, kemudian ada suara yang mengalun lagu aneh dengan nada
tinggi ke intonasi nada yang tertinggi yang hamper tidak kedengaran. Dua gadis
kemudian tampil dengan mengenakan mahkota yang sangat indah dengan tanduk yang
berwarna-warni.
Mereka berjalan kedepan,
agar pasangan berikutnya maju, sampai akhirnya dua belas gadis berada di atas
panggung. Secara perlahan-lahan, mereka berlutut pada posisi tubuh saling
berhadapan, memiringkan kepalanya dengan gerakkan bola mata mengikuti irama
musik.
7. Wayang kulit
Wayang kulit adalah
pertunjukan wayang yang biasa dilakukan pada upacara-upacara keagamaan. Wayang
ini terbuat kulit sapi yang telah dikeringkan dibentuk sedemikian rupa dan
diwarnai. Bentuk wayang ini sesuai dengan karajter yang dimainkan. Terdapat
wayang monster yang menggambarkan orang jahat dan orang baik dinyatakan dengan
bentuk yang indah.
8. Sang hyang bidadari
Dipura, dua gadis berlutut
didepan anglo dengsn dupa berasap. Sang pemangku memberikan persembahan kepada
dewa pura, meminta perlindungan untuk seluruh desa selama jam upacara.
Dibelakang dua gadis ini terdapat sekelompok wanita yang duduk sambil
menyanyikan lagu sanghyang, yang meminta dewa angkasa untuk turun dari surga
dan menari dihadapan masyarakat melalui tubuh para gadis tersebut.
9. Tari Baris
Seperti halnya legong
dengan keindahan feminimnya, baris, sebuah tarian perang tradisional, adalah
tarian yang memuja keperkasaan kesatria Bali yang menang perang, para penarinya
mengenakan topeng-topeng setan yang menyeramkan, dan cerita diambil dari episode-episode
versi kawi dari legenda Ramayana dan Mahabharata.
Ada beberapa jenis tarian
baris yang dibedakan berdasarkan senjata yang dibawa. Yang bersifat ritual
adalah baris gede dimana tarian menceritakan dimana para prajurit kerajaan
sedang melakukan defile di kerajaan.
10. Oleg tamulilingan
Tarian ini adalah tarian
modern yang dikembangkan oleh almarhum Mario ditahun 1952, oleg tamulilingan
telah menjadi tambahan popular di deretan tarian yang disertakan pada
pertunjukan legong. Awalnya tarian ini dimainkan hanya oleh satu gadis yang
disebut oleg, istilah umum yang berarti goyangan sang penari. Akhirnya pria pun
disertakan untuk membuat duet, dan tarian ini kemudian mendapat tema baru yang
mengilustrasikan dua tamulilingan (lebah) yang bermain-main ditaman.
11. Tarian kecak
Berlawanan dengan
kepercayaan, tari kecak itu sendiri tidak begitu tua. Tarian ini mungkin
pertama kali dilakukan ditahun 1930. Lagunya diambil dari ritual tarian
sanghyang kuno, yang sampai hari ini masih dilakukan beberapa desa. Selama
tarian sanghyang, seseorang akan berada pada kondisi tidak sadar, melakukan
komunikasi dengan tuhan atau roh para leluhur dan kemudian menyampaikan
harapan-harapan kepada masyarakat.
12. Barong landung
Di pulau nusa penida
hiduplah roh jahat, Jero Gede Mecaling, sang raksasa bertaring. Raksasa ini
pernah berkunjung ke Bali bersama rombongan setannya. Dia turun di bali bagian
selatan dalam wujud barong dan menunggu disana sementara kaki tangannya
berpencar untuk menghancurkan kehidupan.
Masyarakat kemudian
mengetahui keberadaan raksasa ini dan meminta nasihat kepada pendeta yang
mengatakan bahwa mereka harus menciptakan barong lain yang bentuknya seperti
Jero Gede Mecaling, ini saja cukup kuat untuk mengusir setan. Mereka kemudian
membuat sebuah barong yang besar dan berhasil mengusir sang raksasa itu kembali
ke nusa. Sejak saat itu, barong ini digunakan untuk menyembuhkan penyakit dan
mengusir roh setan.